![]() |
| Petani desa Bululanjag saat menanam padi dengan menerapkan sistem satu titik dua benih (Foto: kabarbawean) |
kabarbawean.com - Memasuki awal musim tanam padi, petani di Pulau Bawean mulai kembali menyiapkan lahan dan benih untuk masa tanam tahun ini. Pulau yang dikenal memiliki tanah subur serta potensi besar di sektor pertanian tersebut kini menjadi lokasi penerapan sistem tanam padi sehat tanpa pestisida, sebuah metode yang diharapkan mampu meningkatkan produktivitas sekaligus menekan biaya produksi petani.
Penerapan pola tanam padi sehat tanpa pestisida mulai menunjukkan hasil signifikan. Metode pertanian ramah lingkungan ini dinilai mampu meningkatkan hasil panen hingga dua kali lipat, sekaligus memperbaiki kualitas tanah dan menghasilkan beras yang lebih sehat.
Pendampingan terhadap petani dilakukan oleh Wahab, konsultan pertanian asal Lamongan, yang sejak tahun lalu mendampingi petani Bawean untuk beralih dari pola tanam konvensional menuju sistem tanam bibit sedikit tanpa pestisida dan pupuk kimia.
Menurut Wahab, selama ini masih berkembang pemahaman yang keliru di tengah masyarakat terkait jumlah bibit padi yang ditanam.
“Ini sebenarnya lebih kepada asumsi masyarakat yang salah kaprah di mana dimana pemahaman masyarakat bahwa kalau bibit padi yang ditanam banyak itu akan menghasilkan banyak sedangkan menurut keilmuan pertanian bahwa semakin sedikit bibit padi yang di tanam makan akan semakin banyak hasilnya, sehingga harus di rubah,” jelas Wahab, Jumat (26/12/2025).
Metode tanam tersebut pertama kali diterapkan di Dusun Rujing, Desa Sungai Teluk. Saat itu, hasil panen yang biasanya menurun justru mengalami peningkatan signifikan.
“Dan hal ini sudah di terapkan di dusun rujing desa sungai teluk Bawean di tahun kemaren padi musim kemarau biasanya hasil panen turun misal hasilnya sepuluh jadi lima, dengan sistem tersebut justru hasilnya meningkat dua kali lipat,” ungkapnya.
Keberhasilan penerapan di Dusun Rujing kemudian mendorong petani di tiga desa lainnya, yakni Bululanjang, Teguh, dan Sungai Teluk, untuk mulai menerapkan sistem serupa. Sistem ini dilakukan dengan menanam padi satu titik satu atau dua bibit, tanpa pestisida, tanpa pupuk urea, serta menggunakan jarak tanam yang lebih lebar.
Namun, pada tahap awal penerapan, sebagian petani masih diliputi keraguan. Kekhawatiran muncul karena jumlah bibit yang ditanam jauh lebih sedikit dibandingkan metode konvensional.
“Awalnya mereka di ajak menanam seperti gak berani ketika ada contoh Alhamdulillah berani, secara sosialkan orang kalau di tanam sedikit takut yang pertama saat kebanjiran cepat mati ternyata yang kemaren yang di rujing justru waktu banjir yang tanam satu-satu atau dua-dua malah lebih tahan,” terang Wahab.
Selain lebih tahan terhadap banjir, pertumbuhan tanaman padi dengan sistem ini juga dinilai lebih optimal. Jumlah anakan bertambah, pertumbuhan lebih cepat, serta bulir padi lebih panjang dan padat.
“Yang kedua takutnya anaknya sedikit ternyata setelah di cek justru yang tanam dua- dua itu anaknya lebih banyak bahkan pertumbuhannya lebih cepat dimana perubahan padinya lebih panjang yaitu bulir padi atau gabahnya itu Bahakan lebih banyak,” lanjutnya.
Hasil pendampingan tersebut menunjukkan peningkatan produksi padi yang cukup mencolok.
“Makanya yang kemaren itu yang di capai di dusun rujing itu hasilnya paling rendah itu meningkat 80% paling tinggi 200% dengan menanam bibit padi sedikit, tanpa orea, tanpa pestisida itu bisa memperbaiki tanahnya, meningkatkan hasilnya dan lebih sehat hasil berasnya,” paparnya.
Keberhasilan tersebut juga diakui Mamluha, warga Desa Sungai Teluk, yang merasakan langsung peningkatan hasil panen setelah menerapkan sistem tanam tersebut.
“hasil penen saya lebih banyak dari hasil sebelumnya saat menerapkan sistem seperti itu,” ujarnya.
Sementara itu, Junaidi, petani asal Desa Bululanjang, mengaku merasakan manfaat sistem tanam padi sehat tersebut meski masih dalam tahap percobaan awal di desanya.
“Sangat senang dengan adanya tanam padi dengan Proses tanam bibit padi dengan sistem satu titik 2 benih dengan jarak tanam 28x28 cm itu dapat dapat mengirit benih dan tanpa pestisida bisa mengurangi biaya,” ucapnya.
Program pertanian padi sehat tanpa pestisida ini diharapkan dapat menjadi solusi berkelanjutan bagi petani Bawean. Selain meningkatkan produktivitas pertanian, metode ini juga dinilai mampu menjaga kesuburan tanah serta menghasilkan beras yang lebih sehat bagi masyarakat.
Editor: Ahmad Faiz Reporter: Saiful Hasan
