![]() |
| 0 Kilometer atau Tugu Bawean (Foto:kabarbawean) |
kabarbawean.com - Tidak banyak yang mengetahui bahwa jauh sebelum Tugu 0 Kilometer Bawean berdiri seperti saat ini, pulau Bawean telah memiliki penanda penting peninggalan kolonial bernama Tugu Jaya. Hal itu diungkapkan budayawan Bawean, Sugriyanto, dalam wawancara pada Rabu, (10/12/2025).
Menurut Sugriyanto, Tugu Jaya dibangun pada masa kolonial Belanda dan terletak di depan bangunan Pesanggrahan, yang dahulu menjadi tempat peristirahatan pegawai Belanda.
“Nama Tugu Jaya bahkan diabadikan menjadi nama klub voli di Dusun Bom, Desa Sawah Mulya,” ujarnya.
Pada masa itu, Bawean masih berada di bawah administrasi Karesidenan Surabaya dan dipimpin pejabat pembantu bupati yang berkantor di kewadanan.
![]() |
| Tugu Jaya yang di bangun oleh kolonial Belanda (Foto:kabarbawean) |
Asal-Usul Tugu 0 Kilometer Bawean
Sementara itu, Tugu 0 Kilometer Bawean yang berdiri saat ini dibangun sekitar tahun 2015. Lokasinya awalnya berada di kawasan Sungaitopo, tepat di pertigaan menuju Dusun Pateken apabila melaju lurus ke arah timur dari jalur barat.
"Tugu atau 0 klimiter bawean itu baru, kurang lebih 10 tahun lalu sekitar Tahun 2015 yang membuat di luar dinas pekerjaan umum. Asal nya di sungaitopo jalan pertigahan itu adalah titik 0 Bawean." ungkapnya.
![]() |
| Titik 0 yang ada di sungaitopo (Foto:kabarbawean) |
Pendirian tugu tersebut dilakukan untuk menetapkan titik awal perhitungan jarak antarwilayah di Pulau Bawean. Penentuan titik nol dinilai penting sebagai acuan resmi dalam pengukuran geografis maupun perencanaan pembangunan.
“Fungsi tugu atau 0 kilometer Bawean ya untuk titik awal perhitungan jarak antarwilayah di Pulau Bawean,” jelas Sugriyanto.
Pelabuhan Lama dan Jejak Bea Cukai di Bom
Lebih jauh, Sugriyanto menuturkan bahwa kawasan di sekitar Tugu Jaya dan Tugu 0 Kilometer dahulu merupakan lokasi kantor bea cukai. Di titik itu pula pernah berdiri pelabuhan pertama Bawean, tepatnya di Dusun Bom.
Namun, aktivitas pelabuhan terhenti setelah wilayah tersebut mengalami pendangkalan akibat endapan lumpur yang terbawa dari perbukitan sekitar.
Di area pesisir itu masih terdapat susunan batu karang atau struktur yang oleh warga disebut “ujung”. Diduga kuat, formasi tersebut adalah konstruksi peninggalan Belanda, meski tahun pembangunannya belum dapat dipastikan.
“Dulu laut di kawasan tersebut sangat biru dan banyak kapal berlabuh. Seiring perubahan kontur dan kondisi perairan yang makin dangkal, pelabuhan kemudian dipindahkan ke wilayah barat, yakni di Dusun Beringinan, Desa Sungai Teluk,” jelasnya.
![]() |
| Ujung yang merupakan susunan batu karang konstruksi peninggalan Belanda. (Foto:kabarbawean) |
Warga Harapkan Penanganan Sampah Pesisir
Di kawasan Ujung, lokasi pelabuhan awal Bawean, warga dan nelayan setempat menilai bahwa pesisir kini membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah, terutama terkait persoalan sampah.
Salah satunya disampaikan oleh Cici, warga Desa Sawah Mulya. Ia menyebutkan bahwa sebagian besar sampah yang menumpuk di pesisir merupakan sampah kiriman yang terbawa arus laut.
“Saya berharap pemerintah bisa melakukan perbaikan dan penanganan sampah secara berkala,” ujarnya.
Editor: Ahmad Faiz Reporter: Saiful Hasan



