Lakpesdam NU Bawean Gelar Refleksi Akhir Tahun, Ungkap Beragam Persoalan di Bawean

Acara Refleksi Akhir Tahun di Aula PCNU Bawean yang diselenggarakan Lakpesdam NU Bawean (Foto: Syafie Karim For kabarbawean)

kabarbawean.com - Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PCNU Bawean menggelar refleksi akhir tahun bertajuk Thojuk-thojuk Satanean dalam rangka Hari Lahir Nahdlatul Ulama (Harlah NU) ke-102 di Gedung PCNU Bawean, Minggu (28/12/2025). 

Kegiatan ini mengusung tema “Jangan Ada Dusta di Antara Kita” dan menjadi ruang evaluasi bersama atas berbagai persoalan yang terjadi di Pulau Bawean.

Refleksi tersebut dihadiri jajaran pengurus PCNU Bawean, Forkopimcam Sangkapura, perwakilan Dinas Perhubungan, Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (KUPP) Kelas III Bawean, Kepala Dispendik Korwil V Bawean, serta sekitar 100 peserta yang terdiri dari pengurus NU, badan otonom (Banom), dan elemen masyarakat.

Dalam forum yang berlangsung serius dan terbuka itu, sejumlah persoalan sosial menjadi sorotan, mulai dari praktik sabung ayam, aduan sapi (thok-thokan sapi), meningkatnya kenakalan remaja, peredaran narkoba, tingginya angka perkawinan usia muda dan perceraian, hingga munculnya kasus-kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang dinilai sebagai alarm lemahnya pengawasan sosial.

Ketua PCNU Bawean, KH. Mohammad Fauzi Rauf, menegaskan bahwa refleksi akhir tahun ini bertujuan membangun kejujuran kolektif dalam membaca kondisi sosial Bawean.

“Tema ‘Jangan Ada Dusta di Antara Kita’ harus dimaknai sebagai keberanian moral untuk mengakui persoalan yang ada, bukan menutupinya dengan narasi seolah Bawean dalam kondisi baik-baik saja,” tegasnya.

Selain persoalan sosial, isu lingkungan juga mengemuka. Abrasi, persoalan sampah, serta konflik pesisir dinilai berpotensi mengancam keberlanjutan lingkungan dan berdampak langsung pada kehidupan petani, nelayan, serta ketahanan ekonomi Bawean.

Dalam aspek pelayanan publik, peserta refleksi menyoroti pentingnya peningkatan akses transportasi, layanan dasar, serta keterbukaan informasi. Bagi wilayah kepulauan, akses dinilai sebagai kebutuhan mendasar, bukan sekadar fasilitas tambahan.

Isu kebencanaan turut menjadi perhatian, menyusul pengalaman gempa bumi serta bencana rutin seperti banjir, longsor, rob, dan kekeringan yang menunjukkan Bawean masih rentan dan membutuhkan kesiapsiagaan yang lebih sistematis.

Sejumlah pemangku kepentingan turut menyampaikan pandangan. Anggota Polsek Sangkapura, Suryadi, menyinggung persoalan keamanan yang dinilai masih kompleks, terutama terkait narkoba dan kecelakaan lalu lintas.

“Sebelumnya saya menyampaikan pesan Pak Kapolsek bahwa beliau tidak bisa hadir dalam acara ini. Tadi kita membahas masalah keamanan di Bawean ini dikatakan aman-aman tapi dikatakan tidak aman ya tidak aman. Masalah yang sempat viral kemarin adalah narkoba, lakalantas jangankan satu tahun setiap bulan itu ada bahkan kemarin ada yang meninggal dan terakhir luka. Mari kita memberi contoh dalam berkendara dan minimal kita menggunakan helm," jelasnya.

Ia juga mengapresiasi kegiatan refleksi tersebut dan berharap dapat digelar lebih rutin.

“Saya mengapresiasi acara ini kalau bisa tidak hanya satu tahun sekali tapi tiga bulan sekali karena permasalahan di Sangkapura ini kompleks. Mari kita kerja sama bersama, jangan hanya dilimpahkan kepada kami. Masalah narkoba mari kita cegah bersama,” imbuhnya.

Suryadi menambahkan bahwa Polsek membuka ruang pengaduan dan komunikasi dengan masyarakat, serta meminta peran bersama dalam mengawasi anak-anak menjelang bulan Ramadan, menyusul maraknya balapan liar.

Sementara itu, perwakilan Koramil Bawean menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor, khususnya dalam penanganan narkoba dan kebencanaan.

“Masalah narkoba ini sangat sulit jika tidak ditangani bersama. Perlu kerja sama semua pihak karena peredarannya lintas wilayah,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan peran TNI dalam mendukung sektor pertanian melalui program hilirisasi di 12 desa agar petani dapat meningkatkan hasil panen.

Selain itu, Koramil menyinggung program nasional Koperasi Merah Putih yang dicanangkan pemerintah pusat.

“Dari 30 desa di Bawean, baru satu desa yang memenuhi persyaratan aset lahan sesuai ketentuan pusat, yakni di Kotakusuma. Saat ini progres pembangunan sudah sekitar 30 persen dan ditargetkan selesai dalam tiga bulan,” jelasnya.

Melalui refleksi ini, Lakpesdam NU Bawean menegaskan bahwa Bawean tidak kekurangan sumber daya manusia yang baik, namun membutuhkan kejujuran, konsistensi, dan kerja bersama agar berbagai persoalan tidak terus berulang.

Refleksi Thojuk-thojuk Satanean diharapkan menjadi momentum evaluasi akhir tahun sekaligus pijakan awal bagi pemerintah, NU, dan masyarakat Bawean untuk membangun komitmen nyata menghadapi tantangan di tahun-tahun mendatang.

Editor: Ahmad Faiz         Reporter: Saiful Hasan

saiful hasan

Jurnalis di Media Kabar Bawean. “Jika tak lahir sebagai cahaya, jadilah cahaya melalui tulisan."

Lebih baru Lebih lama