Dhurung Bawean, Lumbung Padi Tradisional dengan Arsitektur Cerdas

Dhurung khas Bawean (Foto:kabarbawean)

kabarbawean.com- Dhurung Bawean merupakan salah satu bangunan tradisional khas Pulau Bawean, kembali menarik perhatian karena fungsinya yang tetap relevan hingga kini. 

Berdasarkan wawancara melalui WhatsApp dengan Syahidan, Sekretaris Desa Daun, pada Jumat (5/12/2025), dhurung ternyata memiliki peran penting sekaligus mengusung konsep arsitektur lokal yang sarat nilai kearifan masyarakat.

Syahidan menjelaskan bahwa dhurung Bawean sejak dulu dikenal sebagai bangunan multifungsi. Fungsi utamanya adalah sebagai lumbung padi, tempat menyimpan hasil panen agar tetap terjaga kualitasnya. Uniknya, ruang penyimpanan padi ditempatkan di bagian atas bangunan. 

“Posisi ini bukan hanya untuk efisiensi tempat, tetapi juga untuk mengatur suhu agar padi terhindar dari kelembaban. Dengan begitu, gabah bisa bertahan dalam kondisi tetap baik meskipun disimpan dalam jangka waktu lama,” jelasnya.

Dhurung tradisional ini berbeda dengan lumbung modern yang ruang penyimpanannya cenderung melebar ke samping sehingga memakan banyak ruang. 

Sementara itu, dhurung Bawean menggunakan model atap prisma segitiga sama kaki yang menjulang tinggi. Bentuk ini bukan hanya memberikan ruang tampung lebih besar tetapi juga meminimalkan risiko tetesan air saat terjadi kebocoran.

“Dengan desain atap yang tinggi dan lancip, orang yang berada di dalamnya dapat leluasa bergerak saat menata padi. Kita bisa berdiri dengan nyaman. Ini sangat membantu saat proses penyimpanan hasil panen,” tambah Syahidan.

Salah satu keunikan lainnya terletak pada material atap yang menggunakan daun nipah. Menurut Syahidan, daun nipah memiliki karakter alami sebagai pengatur suhu. 

“Daun nipah membuat ruangan tetap sejuk pada musim panas dan hangat saat musim hujan. Ini yang membuat padi tetap terjaga kualitasnya,” tuturnya.

Keberadaan dhurung Bawean tidak hanya menjadi penanda identitas budaya lokal, tetapi juga bukti adaptasi masyarakat terhadap lingkungan melalui arsitektur tradisional yang cerdas dan fungsional.

 Hingga kini, dhurung masih menjadi simbol kearifan lokal yang terus dijaga oleh masyarakat Bawean.

saiful hasan

Jurnalis di Media Kabar Bawean. “Jika tak lahir sebagai cahaya, jadilah cahaya melalui tulisan."

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama